Ruangan Ngopi_ Dengan hadirnya buku "Principia Logica" ini ingin menjawab dan merombak rahasia pernyataan-pernyatan dimana memahami filsafat itu sulit, dan rumit. Buku ini dirancang untuk membuktikam bahwa belajar filsafat tidak seperti yang orang banyak pikirkan. Dan juga untuk menjawab suatu masalah di dalam perkembangan logika dewasa ini. 

Salah satunya ilmu logika dicetuskan oleh seorang filsuf ternama, yang bernama Aristoteles biasa dijuluki sebagai bapak logika. Pemikiran logika nya lah yang sampai saat ini digunakan. Aristoteles juga berguru pada seorang filsuf yang bernama Plato. Dalam hal ini

Plato mempunyai pemikiran tentang logika yakni bahwa dunia jasmani merupakan pantulan dari dunia ide. Meloncat ke zaman modern, terdapat seorang filsuf era modern, Imanuel Kant yang berpendapat bahwa logika bukan hanya tentang benar dan salah, tetapi ada unsur etika (antara baik dan buruk), dan unsur estetika (antara indah dan tidak indah).  

Aristoteles beranggapan bahwa "Semua manusia akan meninggal suatu saat nanti. Socrates seorang manusia, maka dia akan meninggal suatu saat nanti". Itu termasuk silogisme: penalaran logis yang tak perlu dipersoalkan.

Pemikiran Plato:
Adanya kebenaran objektif bukan diperoleh dengan jalan dialektika sep[perti yang dilakukan Socrates. Karena, kebenaran objektif sudah tersedia di alam ide.
Dunia jasmani adalah tiruan tidak sempurna dari dunia ide.

Pemikiran Aristoteles:
Hakikat benda ada pada benda itu sendiri. 
Besi, kayu, batu, pasir adalah materi. Rumah adalah bentuknya.


Tiga Hukum Dasar Logika:
1. Asas Dwivalen (2 Nilai)
Ada benar/salah. Tidak ada nilai di luar itu. Dinotasikan sebagai A=A. Contoh:
Warga NU = Warga NU, bukan warga Muhammadiyah.

2. Asas Kontradiksi
Tidak mungkin sesuatu adalah P sekaligus nilai P. Proposisi yang sifatnya kontradiksi itu tidak diizinkan dalam sistem pembuktian. Jika tidak bisa menyimpulkan sesuatu yang mengandung kontradiksi lalu melanjutkan menyimpulkan. Dinotasikan sebagai A tidak = B. Contoh:
Gelas saya tidak dapat berwarna dan selain biru skaligus.

3. Asas Jalan Tengah.
Hukum penyisihan jalan tengah, yakni jika kita dihadapkan pada pilihan P/non P, maka tidak ada pilihan ketiga. Jika kita pilih P, otomatis kita beranggapan bahwa non P salah. Atau pun sebalaiknya. Tidak ada jalan ketiga. Contoh:
Pak Tono apakah masih hidup atau sudah mati. {tidak bisa berstatus hidup ndan mati sekaligus}.
Pesan teh panas atau dingin. {tidak bisa dijawab pesan es the panas}.

Kemudian ditunjukkan oleh logikawan abad ke-20, menurut nya hukum tsb tidak berlaku baginya, dlm hal ini asas ke III.
Misal: ilmu matematika yang dikembangkan oleh tokoh matematikawan yang berasal dari  Belanda, L.E.J Brouwer, Ia merupakan tokoh yg berfokus pada matematika Konstruktif. Jika kita ingin membuktikan sesuatu, yg harus dilakukan mengkonstruksi langkah-langkah pembuktian yang menghasilkan sifat yg objektif. Jika kita membuktikan sesuatu berdasarkan argumen bahwa kebalikan dari sesuatu itu akan membawa kita pada kontradiksi. Ia juga merupakan penganut Logika intuisionistik: yang tidak mengakui asas jalan tengah.

Logika Falasi { kesesatan dalam berpikir}
Di dalam ilmu logika, jika kita tidak mampu berpikir secara nalar, maka akan menimbulkan sesat pikir. Contoh:
“Seseorang menganggap kalua kuliah itu sia-sia kalau ujung-ujungnya bakal jadi pengangguran”. 

Argumen seperti itu dilontarkan berdasarkan fakta bahwa ada banyak lulusan kuliah yang menganggur. Faktanya, bahwa ada banyak lulusan kuliah yang menganggur tidak secara langsung membuat kuliah jadi sia-sia. Apalagi, proses kuliah tidak hanya bertujuan untuk mencari pekerjaan. 
Singkatnya, logika merupakan hasil pertimbangan akal dan pikiran yang diutarakan melalui kata yang dinyatakan dalam bentuk Bahasa. Beberapa pengertian terkait logika:
Ilmu menalar, berpikir dan tepat.
Ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir ,lurus.

Kaitannya Logika Dengan Penalaran & Bahasa

1. Penalaran
Penalaran merupakan cara pemikiran logis untuk mencapai suatu kesimpulan, agar mendapatkan sebuah keputusan yang benar. Tidak semua berpikir adalah penalaran. 

Contoh: sedang melamun,  bernostalgia. itu tidak termasuk dalam penalaran, karena tidak ada proses “Analisa”.

2. Bahasa
Merupakan suatu ungkapan yang mengandung makna untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Jika diterapkann dengan baik, maka kita akan memperoleh kecakapan dalam berpikir/berlogika dengan tepat: berpikir logis. Bahasa dapat membantu & membahayakan. Tergantung bagaimana cara kita menyampaikan / menggunakan  Bahasa tersebut. Bahasa dapat berbahaya jika tidak diterapkan dengan tepat, dapat mencelakakan kita sendiri/orang lain dari kesalahan penerjemahan, maka perlu berpikir secara logika.

Objek Kajian Filsafat
- Objek material = manusia
- Objek formal = akal budi
Kesinambungan antara objek material & formal adalah bahwa dengan manusia mampu berpikir dapat mengolah & memahami pengetahuan yang diperolehnya. Hidup jika hanya mengandalkan akal & panca indera itu tidak cukup. Tapi juga membutuhkan Nurani.

Penulis: Indri Ayu Ning Tiyas

Post a Comment

Previous Post Next Post